Berkunjung ke Korea (Bagian 1): Musim Dingin yang Menggigit
Saat ini saya dan beberapa orang teman dari STEI-ITB sedang berada di Seoul, Korea Selatan, untuk mengikuti workshop dalam bidang cyber security. Di ITB tahun depan akan dibuka program S2 Keamanan Informasi (Information Security) dengan hibah dari Pemerintah Korea melalui KOICA (Korea International Cooperative Agency). Program S2 ini berada dalam fakultas STEI-ITB dan lokasi belajarnya di Kampus ITB Jatinangor. Di Kampus Jatinangor sedang dibangun gedung perkuliahan dan lab-lab untuk program S2 ini.Nah, KOICA mengundang kami untuk studi banding mengenai penerapan keamanan informasi di negara itu. Jadi, workshop sambil jalan-jalanlah ceritanya. Workshop diadakan pada bulan Desember, dan pada bulan Desember Korea sedang mengalami musim dingin, dan itu artinya sedang turun salju di sana. Swer, seumur hidup saya belum pernah melihat dan memegang salju, jadi ini pengalaman pertama saya akan melihat sendiri salju di negara empat musim.
Kami berangkat dengan pesawat Korea Air pukul 22.00 malam dari Cengkareng. Namun, karena ada hujan salju di Incheon International Airport dekat Seoul, maka pesawat kami mengalami delay keberangkatan hingga pukul 01.00 dinihari. Kabarnya bandara Incheon harus dibersihkan dulu dari tumpukan salju agar pesawat bisa mendara, sehingga itulah keberangkatan menjdi tertunda beberapa jam.
Pesawat mendarat di Incheon pukul 9 pagi waktu setempat (ada perbedaan waktu 2 jam antara Jakarta dan Seoul, waktu di Seoul dua jam lebih cepat daripada Jakarta), butuh waktu 6 jam perjalanan terbang dari Jakarta ke Incheon. Incheon itu terletak di sebuah pulau di seberang kota Seoul. Antara Seoul dan Incheon dihubungkan dengan jembatan yang panjang. Incheon adalah bandara yang besar dan megah.
Setelah melewati pemeriksaan imigrasi, setiba keluar dari bandara ini kami langsung disambut dengan udara dingin seperti waktu membuka kulkas pada musim hujan. Suhu udara dilaporkan -9 derajat Cecius. Wow! Ini pertama kali saya berada pada suhu udara di bawah nol. Kota Bandung pada waktu malam tidak sedingin ini. Kota Bukittinggi atau Padangpanjang masih kalah dingin. Saya sungguh tidak tahan dengan suhu ekstrim begini. Tapi untunglah penyambut kami sudah membawakan jaket tebal yang di dalamnya dilapisi bulu angsa, jadi lumayanlah menghilangkan dingin.
Sepanjang perjalanan dari bandara ke kota Seoul, kami melewati jembatan panjang di atas laut, jauh lebih panjang daripada Jembatan Suramadu. Wow, air laut tampak membeku, terbayang sungguh dinginnya sehingga air laut berubah menjadi es. Nama laut itu adalah Laut Kuning.
Sepanjang perjalanan ke tempat penginapan saya melihat salju di bukit-bukit dan jalan-jalan. Putih di mana-mana. Semua pohon sudah gugur daunnya, kecuali pohon cemara.
Nah, akhirnya sampailah saya di tempat pengianapan kami di gedung KOICA, jauh di pinggir kota Seoul. Salju berserakan di mana-mana di kawasan KOICA. Saya sungguh takjub melihatnya, kebesaran Allah SWT yang menurunkan salju. Benar-benar katro saya ini, orang Indonesia kampung yang belum pernah melihat salju.
Akhirnya keinginan saya untuk melihat dan memegang sendiri salju itu tercapai juga, ha..ha..ha… Di bawah ini foto-foto saya yang sedang berdiri di atas salju.
Pada tulisan selanjutnya saya akan menceritakan pengalaman saya pergi ke distrik Gangnam, ya Gangnam Style yang terkenal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar